museum layang layang

Museum layang layang di indonesia contohnya seperti di jakarta mungkin tidak banyak yang tahu. Nah berikut ini informasi dan pengalaman dari museum layang layang di jakarta oleh salah satu blogger ternama di jakarta ( maaf mbak postnya saya copas di mari :salken:).


Awalnya sih karena bosan ke mall terus. Jadi lah saya punya ide mengajak Vio ke museum ini. Museum Layang-layang. Lokasinya agak nyempil, terletak di Jl. H. No. Kamang. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Harus beberapa kali bolak-balik di Jalan Fatmawati situ sih waktu nyari lokasinya sebelum benar-benar ketemu. :lol: HTM-nya sebesar Rp. 10.000 per orang sudah termasuk audiovisual, tour museum dan belajar membuat layang-layang. Ngga cuma itu yang bisa kita lakukan di sini, tapi juga melukis layang-layang, membuat keramik, melukis keramik, melukis payung, melukis kaos, melukis wayang mini dan membatik! Khusus membatik harus per kelompok sih, minimal 10 orang. Untuk melakukan hal-hal tersebut ada harganya lagi, range-nya mulai dari 35rb rupiah sampai 50rb rupiah. Hasil kita belajar itu bisa dibawa pulang. Asik ya.. :mrgreen:

Museum ini bukan dikelola pemerintah, melainkan swasta. Pemiliknya adalah Ibu Endang Ernawati, yang hobi mengumpulkan barang-barang antik. Keliatan sih dari rumah-nya yang juga ada di kompleks Museum Layang-layang ini. Ternyata Ibu Endang ini juga pengemar layang-layang yang koleksi layang-layangnya banyak. Maka dibuatlah Museum Layang-layang ini.

Ngga besar sih museum-nya. Tapi isinya banyak. Mulai dari layang-layang juara festival, layang-layang dari berbagai daerah di Indonesia, sampai layang-layang dari luar negeri. Yang juara festival sih kebanyakan yang juara dua. Kenapa bukan yang juara satu? Menurut yang memandu saya dan Vio di museum ini, yang juara satu sih biasanya pasti bakal diikutkan ke festival lainnya lagi, jadi ngga bakal dijual sama pemiliknya. :lol:

Selain layang-layang juara festival, ada juga layang-layang dari daerah-daerah di Indonesia. Ceritanya lucu-lucu. Ada layang-layang dari Kalimantan Selatan yang kalo terbang harus sepasang layangan perempuan dan layangan laki-laki. Selain itu digantungi alat-alat musik mirip suling, sehingga ketika sepasang layangan ini diterbangkan akan mengeluarkan suara-suara musik. Ada juga layangan pengantin, yang diterbangkan ketika upacara adat pernikahan, yang saya lupa berasal dari daerah mana. Duh, lain kali ke sana bawa recorder ah, biar inget di pemandunya cerita apa. :|

Nah, berikut ini adalah layang-layang dari negara lain. Ada yang dari Jepang, Korea, China dan banyak negara lainnya. Ngga cuma Indonesia ternyata yang punya permainan tradisional layang-layang. :mrgreen:

Layangan Naga yang ini, panjangnya 250m. Edan! Waktu di ruang audiovisual, di mana kita menonton film dokumenter tentang layang-layang dan sejarahnya, ada pertunjukan di mana layangan ini diterbangkan. Keren! Dari mulutnya ditambahin efek asap berwarna merah sehingga terliat seperti naga yang sedang mengeluarkan api. :shock:

Puas melihat-lihat berbagai macam layangan, Vio kemudian belajar membuat layangan dan sekaligus melukisnya. Dengan gambar Lighting McQueen favorite-nya itu.. :lol: Sayang waktu selesai bikin layangan, cuaca sedang tidak berangin kencang. Layangannya ngga bisa diterbangin deh…

Selain museum dan rumah Ibu Erna yang punya museum, di kompleks museum ini juga ada lokasi pembuatan layang-layang untuk festival. Namanya Rumah Budaya. Kalo lagi beruntung pas musim festival, kita bisa lihat bagaimana proses pembuatan layang-layang yang canggih-canggih itu. Bukan sekedar layang-layang segi empat. :lol: Kata Bapak yang kemaren lagi ngukur-ngukur bahan untuk layangan, layang-layang dari Indonesia yang ngetop di kalangan pencinta layangan internasional adalah layangan ikan koi! :shock: Kenapa bukan layangan wayang ya? Ikan Koi kan ngga asli Indonesia.. :|

Over all, piknik ke sini seru juga. Apalagi pas kemarin dateng sepi, ngga ada pengunjung lain. Jadi berasa museum punya sendiri, ngga rebutan motret-motret. Vio aja ketagihan, pengen ke sini lagi katanya. :mrgreen:

SUMBER

0 komentar :

Histats